
Judul : PATAH TUMBUH HILANG BERGANTI
Pengarang : ZUNAIDAH SUBRO
Penerbit : BAIAI PUSTAKA JAKARTA, 1996
Jumlah halaman : 119
Tebal buku : 1,8 cm
Panjang buku : 21 cm
Cetakan : KE-8
Illustrasi gambar/warna sampul :

SINOPSIS : PATAH TUMBUH HILANG BERGANTI
Saat suasana kota Palembang mengalami
kegentingan Zulaiha dan keluarganya pindah dari kota Palembang ke dusun Muara
Beranta. Dusun Muara Beranta tertelak 50 km dari kota Palembang. Di dusun itu
Zulaiha mendapat teman baru yaitu : Misnawati kawan dekatnya, Erma, Hasnah,
Maztini, Yusuf dan Nazili. Di sana dia mulai menyesuaikan di desa itu dengan
bekerja di sawah. Pada suatu hari saat dia melewati jembatan di bawah pohon dia
tergelincir dan selendangnya tersangkut pada sebuah pohon kecil, sehingga
kalungnya terjatuh tanpa diketahui olehnya . Dengan cepat Zulaiha melepaskan
selendang dari lehernya itu. Saat Zulaiha
menukar bajunya, Zulaiha terkejut karena kalungnya tidak ada. Zulaiha
sedih lantaran kalungnya hingga sekarang tidak ketemu. Tiba-tiba Misnawati
dipanggil temannya Yusuf sekaligus kekasihnya itu. Ternyata Nazili telah
menemukan sebuah kalung terbenam di lumpur dan mungkin itu milik Zulaiha.
Ternyata itu memang benar kalung milik Zulaiha, lalu Zulaiha mengucapkan termikasih
kepada Nazili. Dari sanalah awal mula kisah cinta antara Nazili dan Zulaiha.
Sejak saat itu Nazili dan Zulaiha menjalin sebuah hubungan kekasih.
Nazili
senantiasa mengirim surat kepada Zulaiha yang kemudian dibalas oleh Zulaiha
dengan perantara Misnawati. Dalam 1 minggu mereka bertemu 2 kali. Dan pada
suatu hari nazili tidak kuasa menahan untuk tidak bertemu Zulaiha karena pada
hari itu Zulaiha sedang banyak pekerjaan
sehingga dia tidak dapat bertemu dengan Zulaiha. Karena Nazili tidak
kuasa dia pergi ke rumah Zulaiha namun ditengah jalan ia digoda dan dipengaruhi
oleh Mariyam yang merupakan sepupu dari Zulaiha. Mariyam tidak senang terhadap
hubungan Nazili dan Zulaiha karena mereka hampir menikah, sedangkan ia sejak
lama telah memendam perasaannya terhadap Nazili. Zulaiha sangat marah saat
mengetahui perselingkuhan diantara Nazili dan Mariyam. Ia pun memutuskan
hubungannya dengan Nazili.
Zulaiha
sangat kecewa dan sakit hati terhadap perlakuan Nazili. Sejak saat itu ia tidak
ingin lagi bertemu dengan Nazili. Hal tersebut membuat hati Nazili hancur dan
mengakibatkan dia selama 3 bulan sakit-sakitan hingga hampir meninggal. Jika
Misnawati tidak menjenguknya dan memberikan harapan kepada Nazili bahwa Zulaiha
akan memaafkannya jika ia sembuh kelak. Hal tersebut seolah menjadi obat bagi
Nazili. Ia pun sembuh setelah beberapa hari kemudian. Setiap hari ia berusaha
meminta maaf kepada Zulaiha. Akhirnya Zulaiha pun luluh hatinya. Kesempatan
kedua diberikan kepada Nazili. Awalnya hubungan mereka berjalan seperti biasa,
lama kelamaan Nazili menjadi manja dan jika Zulaiha tidak mau mengikuti apa
yang diinginkannya Nazili akan marah. Sampai pada batas kesabaran Zulaiha
habis, akhirnya ia pun memutuskan hubungannnya bersama Nazili. Ia tidak ingin
lagi bertemu dengan Nazili.
Sejak
peristiwa itu terjadi Zulaiha ingin kembali bersekolah ke Palembang. Lalu ia
pun pindah ke Palembang. Disana dia belajar dengan giat karena dia dulu telah
berhenti bersekolah selama 3 tahun. Di sekolah itu, ia bertemu dengan Marzuki.
Zulaiha dan Marzuki akrab selayaknya sahabat karib. Namun, Zulaiha tetap saja
tidak ingin membuka hatinya untuk orang lain kembali setelah apa yang ia alami.
Ia pun menolak permintaan Marzuki untuk menjadi kekasihnya. Sejak saat itu
Zulaiha menjauh dari Marzuki. Lantaran tidak kuat dengan sikap acuh Zulaiha
akhirnya Marzuki pun memutuskan untuk pindah ke sekolah lainnya.
Beberapa
tahun kemudian, Zulaiha lulus dari sekolahnya. Ia pun ingin melanjutkan
pendidikannya ke Jakarta. Awalnya orang tuanya tidak menyetujui keinginannya
tersebut. Namun, mereka akhirnya melepaskan Zulaiha untuk bersekolah ke
Jakarta. Di sana dia bertempat tinggal dengan paman dan bibinya. Saat di
bertempat tinggal disana Zulaiha bertemu dengan tatangga bibinya yang bernama
Arman. Pemuda itu berumur 1 tahun lebih tua darinya. Arham dan Zulaiha berada
pada satu sekolah yang sama. Mereka pun lama-kelamaan menjadi akrab. Setiap
pergi dan pulang sekolah mereka selalu bersama. Hingga pada suatu saat Arham
mengungkapkan isi hatinya kepada Zulaiha. Ternyata Arham telah menyukai Zulaiha
sejak pertama mereka bertemu di depan jendela masing-masing saat Zulaiha akan
menutup jendela kaca bibinya. Arham telah terpesona oleh kecantikan yang
Zulaiha miliki. Akhirnya karena ketulusan cinta Arham, ia pun menerima Arham
untuk menjadi kekasihnya.
Mereka
pun saling jatuh cinta satu sama lain. Hingga pada suatu hari saat Zulaiha
dinyatakan lulus dari sekolahnya. Arham kemudian berniat untuk melamar Zulaiha
menjadi istrinya. Tetapi Zulaiha menolak karena Arham harus meminta Izin kepada
orang tuanya dan orang tua Zulaiha, begitulah menurut adat istiadat kota
Palembang. Dan Arham menyetujuinya. Arham pun lalu meminta ijin dengan mengirim
surat kepada ayah Zulaiha yang berisi permohonan izin untuk melamar Zulaiha.
Namun, orang tua Zulaiha malah meminta Zulaiha untuk kembali ke Palembang. Di
sana Zulaiha ternyata telah dijodohkan dengan Junaedi oleh orangtuanya. Junaedi
masih saudara sepupu dari Zulaiha. Ternyata yang membiayai kuliahnya selama di
Jakarta adalah orang tua junaedi. Orang tua Zulaiha ternyata merasa berutang
budi pada kedua orang tua Junaedi. Namun berkat uang yang dikirimkan oleh Arham
yang berasal dari uang gajinya itu Zulaiha dapat melunasi semua hutangnya
kepada orang tua Junaeda.
Zulaiha
sangat terkejut saat mengetahui dirinya kan dijodohkan bukan dengan Arham yang
telah meminta lamaran kepada ayahnya. Ia kini menjadi anak yang pendiam dan
suka murung diri. Ia pun memberi kabar kepada Arham bahwa ia akan dinikahkan
dengan orang lain. Hati Arham pun sangat Hancur mendengar kabar tersebut. Ia
tidak tahu lagi apa yang harus ia perbuat. Hingga mereka berdua akhirnya
memtuskan suatu untuk melarikan diri bersama. Namun niat Zulaiha itu diketahui
oleh ayahnya. Mereka telah merasa bersalah dengan menikahkan Zulaiha bukan
dengan pilihannya sendiri akhirnya orang tuanya memutuskan untuk membatalakan
perjodohan tersebut dan meminta Arham dan orang tuanya agar segera melamar
Zulaiha.
Dan
beberapa hari kemudian orang tua Arhan datang untuk melamarkan Zulaiha untuk
Arham. Dan kabar itu di sambut senang oleh Arham. Hingga akhirnya Arham pun
menikah dengan Zulaiha dan mereka pun memutuskan untuk pindah dan menetap di
Jakarta. Setahun kemudian keduanya di anugerahi oleh Yang Maha Kuasa seorang
anak perempuan yang merek namai Sawirulyati. Inilah pula yang makin menambahkan
teguh tali silaturrahmi kedua suami istri. Akhirnya mereka hidup damai
berkasih-kasihan, inilah pula surga FIRDAUS baginya.
ULASAN
Kelebihan : Novelnya
menarik dan runtut ceritanya. Novelnya mengisahkan seorang remaja wanita yang
mengalami patah hati dan pada akhirnya mendapatkan cinta sejatinya. Novel ini
isinya masih menyimpan adat istiadatnya dan banyak memiliki pesan moral.
Misalnya kita tidak boleh
menyia-nyiakan kesempatan karena kesempatan tidak datang 2 kali.
Kekurangan : Terdapat banyak kata kiasan
sehingga sulit dipahami.
UNSUR SASTRA
Unsur Intrinsik
Tema : percintaan
Alur : maju
Tokoh : Zulaiha, Nazili, Arham,
Misnawati, Yusuf, Erma, Hasnah,
Daud, Maztini, Mahmud, ayah ibu Misnawati,
ibu Nazili
Marzuki, bibi Hawi, mak Muna, paman Zulaiha,
ibu
Zulaiha, H. Muslim, ayah ibu Arham, Zamlika,
Nurwilis
Adik Zulaiha dan Ima
Perwatakan :
1. Zulaiha = sabar, baik, suka membuat
orang lain tertawa
2. Nazili = keras kepala, seenaknya
sendiri, baik
3. Arham = sabar, baik, perhatian
4. Misnawati = pengertian, suka
menolong, baik
5. Yusuf = baik, suka menolong
6. Erma = baik
7. Hasnah = baik, suka membuat orang
lain tertawa
8. Daud = baik
9. Maztini = baik, humoris
10.
Mahmud = humoris
11.
Ayah ibu Misnawati = suka menolong, perhatian
12.
Ibu Nazili = baik
13.
Marzuki = perhatian
14.
Bibi hawi = suka menolong
15.
Mak muna = perhatian
16.
Paman Zulaiha = suka menolong
17.
Ibu Zulaiha = baik, pengertian
18.
H. Muslim = pengertian, baik
19.
Ayah ibu Arham = baik, pengertian
20.
Zamlika = baik
21.
Nurwilis = baik
22.
Adik Zulaiha = patuh kepada orang tua
23.
Ima = patuh kepada orang tua
Sudut
pandang : orang 1
Latar/setting :
Waktu :
pagi hari, siang hari dan malam hari
Tempat :
kota Palembang, kota Jakarta, kota Bandung, dusun Muara
Beranta, sawah, rumah Misnawati, rumah paman
Zulaiha
Podokan dekat sawah, sekolah dan jalan raya
Suasana : sedih, senang dan menegangkan
Amanat : kita tidak boleh menyi-nyiakan
kesempatan karena
Kesempatan tidak datang 2 kali
Unsur Ekstrinsik
Nilai moral,
Nilai kebudayaan, Nilai pendidikan dan memegang teguh kebudayaan