Sabtu, 15 Februari 2014

sinopsis novel patah tumbuh hilang berganti


PATAH TUMBUH HILANG BERGANTI

Judul                              : PATAH TUMBUH HILANG BERGANTI
Pengarang                      : ZUNAIDAH SUBRO
Penerbit                         : BAIAI PUSTAKA JAKARTA, 1996
Jumlah halaman             : 119
Tebal buku                     : 1,8 cm
Panjang buku                 : 21 cm
Cetakan                         : KE-8
Illustrasi gambar/warna sampul        :















SINOPSIS : PATAH TUMBUH HILANG BERGANTI
Saat suasana kota Palembang mengalami kegentingan Zulaiha dan keluarganya pindah dari kota Palembang ke dusun Muara Beranta. Dusun Muara Beranta tertelak 50 km dari kota Palembang. Di dusun itu Zulaiha mendapat teman baru yaitu : Misnawati kawan dekatnya, Erma, Hasnah, Maztini, Yusuf dan Nazili. Di sana dia mulai menyesuaikan di desa itu dengan bekerja di sawah. Pada suatu hari saat dia melewati jembatan di bawah pohon dia tergelincir dan selendangnya tersangkut pada sebuah pohon kecil, sehingga kalungnya terjatuh tanpa diketahui olehnya . Dengan cepat Zulaiha melepaskan selendang dari lehernya itu. Saat Zulaiha  menukar bajunya, Zulaiha terkejut karena kalungnya tidak ada. Zulaiha sedih lantaran kalungnya hingga sekarang tidak ketemu. Tiba-tiba Misnawati dipanggil temannya Yusuf sekaligus kekasihnya itu. Ternyata Nazili telah menemukan sebuah kalung terbenam di lumpur dan mungkin itu milik Zulaiha. Ternyata itu memang benar kalung milik Zulaiha, lalu Zulaiha mengucapkan termikasih kepada Nazili. Dari sanalah awal mula kisah cinta antara Nazili dan Zulaiha. Sejak saat itu Nazili dan Zulaiha menjalin sebuah hubungan kekasih.
Nazili senantiasa mengirim surat kepada Zulaiha yang kemudian dibalas oleh Zulaiha dengan perantara Misnawati. Dalam 1 minggu mereka bertemu 2 kali. Dan pada suatu hari nazili tidak kuasa menahan untuk tidak bertemu Zulaiha karena pada hari itu Zulaiha sedang banyak pekerjaan  sehingga dia tidak dapat bertemu dengan Zulaiha. Karena Nazili tidak kuasa dia pergi ke rumah Zulaiha namun ditengah jalan ia digoda dan dipengaruhi oleh Mariyam yang merupakan sepupu dari Zulaiha. Mariyam tidak senang terhadap hubungan Nazili dan Zulaiha karena mereka hampir menikah, sedangkan ia sejak lama telah memendam perasaannya terhadap Nazili. Zulaiha sangat marah saat mengetahui perselingkuhan diantara Nazili dan Mariyam. Ia pun memutuskan hubungannya dengan Nazili.
Zulaiha sangat kecewa dan sakit hati terhadap perlakuan Nazili. Sejak saat itu ia tidak ingin lagi bertemu dengan Nazili. Hal tersebut membuat hati Nazili hancur dan mengakibatkan dia selama 3 bulan sakit-sakitan hingga hampir meninggal. Jika Misnawati tidak menjenguknya dan memberikan harapan kepada Nazili bahwa Zulaiha akan memaafkannya jika ia sembuh kelak. Hal tersebut seolah menjadi obat bagi Nazili. Ia pun sembuh setelah beberapa hari kemudian. Setiap hari ia berusaha meminta maaf kepada Zulaiha. Akhirnya Zulaiha pun luluh hatinya. Kesempatan kedua diberikan kepada Nazili. Awalnya hubungan mereka berjalan seperti biasa, lama kelamaan Nazili menjadi manja dan jika Zulaiha tidak mau mengikuti apa yang diinginkannya Nazili akan marah. Sampai pada batas kesabaran Zulaiha habis, akhirnya ia pun memutuskan hubungannnya bersama Nazili. Ia tidak ingin lagi bertemu dengan Nazili.
Sejak peristiwa itu terjadi Zulaiha ingin kembali bersekolah ke Palembang. Lalu ia pun pindah ke Palembang. Disana dia belajar dengan giat karena dia dulu telah berhenti bersekolah selama 3 tahun. Di sekolah itu, ia bertemu dengan Marzuki. Zulaiha dan Marzuki akrab selayaknya sahabat karib. Namun, Zulaiha tetap saja tidak ingin membuka hatinya untuk orang lain kembali setelah apa yang ia alami. Ia pun menolak permintaan Marzuki untuk menjadi kekasihnya. Sejak saat itu Zulaiha menjauh dari Marzuki. Lantaran tidak kuat dengan sikap acuh Zulaiha akhirnya Marzuki pun memutuskan untuk pindah ke sekolah lainnya.
Beberapa tahun kemudian, Zulaiha lulus dari sekolahnya. Ia pun ingin melanjutkan pendidikannya ke Jakarta. Awalnya orang tuanya tidak menyetujui keinginannya tersebut. Namun, mereka akhirnya melepaskan Zulaiha untuk bersekolah ke Jakarta. Di sana dia bertempat tinggal dengan paman dan bibinya. Saat di bertempat tinggal disana Zulaiha bertemu dengan tatangga bibinya yang bernama Arman. Pemuda itu berumur 1 tahun lebih tua darinya. Arham dan Zulaiha berada pada satu sekolah yang sama. Mereka pun lama-kelamaan menjadi akrab. Setiap pergi dan pulang sekolah mereka selalu bersama. Hingga pada suatu saat Arham mengungkapkan isi hatinya kepada Zulaiha. Ternyata Arham telah menyukai Zulaiha sejak pertama mereka bertemu di depan jendela masing-masing saat Zulaiha akan menutup jendela kaca bibinya. Arham telah terpesona oleh kecantikan yang Zulaiha miliki. Akhirnya karena ketulusan cinta Arham, ia pun menerima Arham untuk menjadi kekasihnya.
Mereka pun saling jatuh cinta satu sama lain. Hingga pada suatu hari saat Zulaiha dinyatakan lulus dari sekolahnya. Arham kemudian berniat untuk melamar Zulaiha menjadi istrinya. Tetapi Zulaiha menolak karena Arham harus meminta Izin kepada orang tuanya dan orang tua Zulaiha, begitulah menurut adat istiadat kota Palembang. Dan Arham menyetujuinya. Arham pun lalu meminta ijin dengan mengirim surat kepada ayah Zulaiha yang berisi permohonan izin untuk melamar Zulaiha. Namun, orang tua Zulaiha malah meminta Zulaiha untuk kembali ke Palembang. Di sana Zulaiha ternyata telah dijodohkan dengan Junaedi oleh orangtuanya. Junaedi masih saudara sepupu dari Zulaiha. Ternyata yang membiayai kuliahnya selama di Jakarta adalah orang tua junaedi. Orang tua Zulaiha ternyata merasa berutang budi pada kedua orang tua Junaedi. Namun berkat uang yang dikirimkan oleh Arham yang berasal dari uang gajinya itu Zulaiha dapat melunasi semua hutangnya kepada orang tua Junaeda.
Zulaiha sangat terkejut saat mengetahui dirinya kan dijodohkan bukan dengan Arham yang telah meminta lamaran kepada ayahnya. Ia kini menjadi anak yang pendiam dan suka murung diri. Ia pun memberi kabar kepada Arham bahwa ia akan dinikahkan dengan orang lain. Hati Arham pun sangat Hancur mendengar kabar tersebut. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia perbuat. Hingga mereka berdua akhirnya memtuskan suatu untuk melarikan diri bersama. Namun niat Zulaiha itu diketahui oleh ayahnya. Mereka telah merasa bersalah dengan menikahkan Zulaiha bukan dengan pilihannya sendiri akhirnya orang tuanya memutuskan untuk membatalakan perjodohan tersebut dan meminta Arham dan orang tuanya agar segera melamar Zulaiha.
Dan beberapa hari kemudian orang tua Arhan datang untuk melamarkan Zulaiha untuk Arham. Dan kabar itu di sambut senang oleh Arham. Hingga akhirnya Arham pun menikah dengan Zulaiha dan mereka pun memutuskan untuk pindah dan menetap di Jakarta. Setahun kemudian keduanya di anugerahi oleh Yang Maha Kuasa seorang anak perempuan yang merek namai Sawirulyati. Inilah pula yang makin menambahkan teguh tali silaturrahmi kedua suami istri. Akhirnya mereka hidup damai berkasih-kasihan, inilah pula surga FIRDAUS baginya.
ULASAN
Kelebihan : Novelnya menarik dan runtut ceritanya. Novelnya mengisahkan seorang remaja wanita yang mengalami patah hati dan pada akhirnya mendapatkan cinta sejatinya. Novel ini isinya masih menyimpan adat istiadatnya dan banyak memiliki pesan moral. Misalnya kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan karena kesempatan tidak datang 2 kali.
Kekurangan : Terdapat banyak kata kiasan sehingga sulit dipahami.


UNSUR SASTRA
Unsur Intrinsik
Tema                    : percintaan
Alur                      : maju
Tokoh                  : Zulaiha, Nazili, Arham, Misnawati, Yusuf, Erma, Hasnah,
                               Daud, Maztini, Mahmud, ayah ibu Misnawati, ibu Nazili
                               Marzuki, bibi Hawi, mak Muna, paman Zulaiha, ibu
                               Zulaiha, H. Muslim, ayah ibu Arham, Zamlika, Nurwilis
                               Adik Zulaiha dan Ima
Perwatakan          :
1.     Zulaiha = sabar, baik, suka membuat orang lain tertawa
2.     Nazili = keras kepala, seenaknya sendiri, baik
3.     Arham = sabar, baik, perhatian
4.     Misnawati = pengertian, suka menolong, baik
5.     Yusuf = baik, suka menolong
6.     Erma = baik
7.     Hasnah = baik, suka membuat orang lain tertawa
8.     Daud = baik
9.     Maztini = baik, humoris
10.             Mahmud = humoris
11.             Ayah ibu Misnawati = suka menolong, perhatian
12.             Ibu Nazili = baik
13.             Marzuki = perhatian
14.             Bibi hawi = suka menolong
15.             Mak muna = perhatian
16.             Paman Zulaiha = suka menolong
17.             Ibu Zulaiha = baik, pengertian
18.             H. Muslim = pengertian, baik
19.             Ayah ibu Arham = baik, pengertian
20.             Zamlika = baik
21.             Nurwilis = baik
22.             Adik Zulaiha = patuh kepada orang tua
23.             Ima = patuh kepada orang tua
Sudut pandang     : orang 1

Latar/setting                   :
          Waktu         : pagi hari, siang hari dan malam hari
          Tempat       : kota Palembang, kota Jakarta, kota Bandung, dusun Muara
                               Beranta, sawah, rumah Misnawati, rumah paman Zulaiha
                               Podokan dekat sawah, sekolah dan jalan raya
          Suasana      : sedih, senang dan menegangkan
Amanat                : kita tidak boleh menyi-nyiakan kesempatan karena
                               Kesempatan tidak datang 2 kali
Unsur Ekstrinsik
Nilai moral, Nilai kebudayaan, Nilai pendidikan dan memegang teguh kebudayaan